Ketombe/Dandruff
Author dr. Jennie Novita Solihin; Editor dr. Dia Febrina, Sp.KK
Last updated on May 09, 2021
Ketombe atau dandruff disebut juga pitiriasis sika dan pitiriasis simpleks adalah kelainan kulit kepala yang ditandai dengan skuama atau sisik berwarna putih keabuan. Ketombe terjadi karena pengelupasan kulit berlebihan di lapisan paling atas kulit (stratum korneum) tanpa disertai peradangan.
Ketombe dapat mempengaruhi sekitar 50% populasi dan lebih sering ditemukan pada pria dibanding wanita (diperkirakan karena hormon androgen). Ketombe jarang dijumpai pada anak-anak usia 2-10 tahun, tetapi insidennya mulai meningkat pada masa pubertas. Dari masa itu, insiden ketombe meningkat dengan cepat sampai menjelang usia 20 tahun dan cenderung menurun setelah usia 50 tahun.
Bagaimana ketombe bisa terjadi?
Kulit secara teratur membentuk sel kulit baru dan mengelupaskan sel kulit mati. Pada kondisi normal, pengelupasan tersebut tidak nampak. Mekanisme atau penyebab ketombe secara pasti masih belum begitu diketahui. Namun jika kelenjar minyak di kulit kepala berproduksi berlebihan, jamur (Malassezia sp dan Pitirosporum ovale) dapat berkembang biak dan menyebabkan peradangan. Kondisi tersebut dapat menyebabkan rasa gatal dan pengelupasan kulit yang berlebih.
Faktor risiko ketombe secara intrinsik adalah stress, ketidakseimbangan hormon, higienitas rendah, hipersensitif, dan faktor genetik. Sedangkan faktor ektrinsik yang dapat mempengaruhi adalah skincare/haircare yang berlebih atau tidak benar, udara dingin atau lingkungan yang panas dan lembab. Pengunaan topi atau penutup kepala (jilbab, syal) yang terlalu ketat juga dapat menjadi salah satu faktor terjadinya ketombe.
Dandruff sering kali diasosiaikan dengan dermatitis seboroik (DS) dan dianggap sebagai varian DS paling ringan. DS ditandai inflamasi ringan dan bercak plak eritematosa berbatas tegas dengan sisik kekuningan yang tampak berminyak. Predileksinya berada di daerah yang kaya akan kelenjar sebaceous, seperti kulit kepala, daerah belakang telinga, wajah (lipatan nasolabial, bibir atas, kelopak mata dan alis), dan dada bagian atas. Distribusi lesi umumnya simetris, dan DS tidak menular atau fatal. DS memiliki pola musiman, muncul lebih sering selama musim dingin, dan biasanya meningkat selama musim panas. Ketombe dan DS dapat dikatakan sebagai suatu spektrum berkelanjutan dari entitas penyakit yang sama dengan tingkat keparahan dan lokasi yang berbeda.
Selain DS ketombe juga dapat disebabkan karena kulit kering, oleh penyakit lainnya seperti psoriasis, atopic dermatitis, tinea capitis, rosacea, dan systemic lupus erythematous (SLE).
- Pada psoriasis lesi dapat berada di lokasi yang sama dengan SD, lesi khas psoriasis lebih tebal dan muncul sebagai plak yang sangat terbatas dengan sisik putih keperakan.
- Pada dermatitis atopik lesi baru muncul setelah usia 3 bulan, sedangkan lesi pada SD biasanya muncul lebih awal dan jarang mengenai daerah ekstensor.
- Tinea capitis atau jamuran pada daerah kepala sangat menular, dan biasanya menunjukkan bercak kerontokan rambut di kulit kepala yang terkait dengan gambaran "titik-titik hitam", dan ujung distal dari rambut yang patah.
- Rosacea biasanya terjadi di area malar wajah, jarang sekali pada lipatan nasolabial, dan tidak bersisik.
- Pada SLE, lesi biasanya mempunyai distribusi yang jelas, seperti flare akut pada daerah malar yang simetris/bilateral, dan gejala lain diluar kulit seperti artritis, sariawan, glomerulonefritis atau kardiomiopati.
Diagnosis Ketombe
Diagnosis ketombe dapat ditegakkan oleh dokter berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisis melalui gambaran atau gejala klinis yang khas, pemeriksaan menggunakan lampu wood dan pemeriksaan laboratorium.
Pada pemeriksaan dokter, dapat dilihat adanya kemerahan pada kulit kepala dengan batas tidak tegas disertai sisik atau skuama kering halus sampai agak kasar berwarna putih keabuan. Skuama dapat mengumpul pada beberapa lokasi permukaan kulit kepala atau menyeluruh dan dapat ditemukan diantara batang rambut atau jatuh pada kerah baju ataupun bahu. Biasanya ketombe tidak memunculkan gejala lainnya, tapi bisa juga menimbulkan rasa gatal yang hebat terutama bila udara panas dan berkeringat. Jika ketombe berlangsung berkepanjangan atau pada kasus kronis dapat juga disertai kerontokan rambut yang reversibel.
Pemeriksaan lampu wood oleh dokter juga dapat membantu membedakan lesi, dimana ditemukan gambaran fluoresensi biru keputihan pada area kulit kepala yang berketombe. Jika dicurigai penyebab ketombe mengarah ke dermatitis seboroik dapat dilakukan pemeriksaan kerokan kulit kepala rambut dengan pewarnaan KOH 10-20% menggunakan tinta parker blue black. Hasil dapat dinyatakan positif bila di dapatkan jumlah rerata jamur Malassezia sp. lebih dari atau sama dengan 10 spora per lapangan pandang besar.
Pemeriksaan laboratorium lain mungkin diperlukan jika dicurigai penyebab ketombe lainnya.
Tata Laksana Ketombe
Tata laksana ketombe ditujukan pada penyebabnya. Prinsip anti-ketombe secara umum adalah dengan menurunkan kadar minyak permukaan kulit kepala atau untuk menurunkan jumlah sekresi sebum, membunuh mikroba penyebab ketombe serta mengurangi gejala gatal dan rambut rontok. Sediaan anti ketombe dalam kosmetik biasanya dalam bentuk sediaan: shampo, hair cream bath atau tonik.
Untuk penanganan ketombe secara general atau pitiriasis sika dapat menggunakan terapi over the counter (di jual beli bebas) yang tersedia saat ini tersedia dalam berbagai varian shampo dan krim yang mengandung zat-zat aktif anti-ketombe sebelum pergi ke dokter.
Beberapa medikasi yang tersedia:
Medikasi |
Dosis/Formulasi |
Regimen |
Efek Samping |
|
Antifungal |
Ketoconazole |
2% shampoo, krim, gel atau foam |
2x/minggu untuk 4 minggu kemudian 1x/minggu untuk maintenance. |
Dermatitis kontak iritan, gatal, sensasi terbakar, nyeri, diskolorasi oranye kecoklatan |
Bifonazole |
1% shampoo, krim atau ointment |
Kulit kepala: 1x/hari atau selang seling Kulit: 1x/hari |
||
Ciclopirox Olamine |
1.5% shampoo, krim, gel atau lotion |
Kulit Kepala: 2-3x/minggu untuk 4 minggu kemudian 1x/minggu untuk maintenance. Kulit: 2x/hari |
||
Selenium Sulfide |
2.5% shampoo |
Kulit kepala: 2x/minggu untuk 2 minggu kemudian diulang setelah 4-6 minggu |
||
Zinc Pyrithione |
1% shampoo |
Kulit kepala: 2-3x/minggu |
||
Lainnya |
Coal Tar |
4% shampoo |
Kulit kepala: 1-2x/minggu |
Folikulitis, dermatitis kontak iritan, psoriasis flare, kulit atrofi, hiperpigmentasi/kehitaman, telengiectasis dan risiko terjadinya kanker kulit pada penggunaan jangka panjang. |
Asam salisilat |
>2% shampoo |
Kulit kepala: 3x/minggu untuk 4 minggu (dikombinasi dengan terapi lainnya) |
Dermatitis kontak iritan, sensasi terbakar |
Kapan perlu ke dokter?
Pada umumnya ketombe tidak memerlukan perawatan medis khusus. Namun bila pengelupasan kulit kepala berlebihan dan menimbulkan rasa gatal yang sangat mengganggu dan tidak nyaman, Anda harus segera menghubungi dokter kulit karena bisa jadi kondisi tersebut disebabkan oleh dermatitis seboroik, psoriasis, hingga infeksi jamur.
Beberapa terapi lainnya yang memerlukan pengawasan dokter seperti corticosteroid, metronidazole, fototerapi dan obat jamur.
Keberhasilan pengobatan pada ketombe juga ditentukan oleh kebersihan atau higenitas dari rambut dan kulit kepala, keteraturan di dalam perawatan serta kepatuhan dalam mengikuti petunjuk hidup yang teratur.
Source
- doi: 10.4103/0019-5154.62734
- doi: 10.13188/2373-1044.1000019
- doi: 10.4103/0974-7753.82117
- doi: 10.1111/j.1468-2494.2012.00723.x
- doi: 10.4103/0974-7753.66922
- Borda LJ, Wikramanayake TC. Seborrheic Dermatitis and Dandruff: A Comprehensive Review. J Clin Investigat Dermatol. 2015;3(2): 10.
- https://www.medicaljournals.se/acta/content/html/10.2340/00015555-1315#:~:text=The%20prevalence%20of%20dandruff%20decreased,old%20(p%20%3C%200.01).
- Gary G. Optimizing treatment approaches in seborrheic dermatitis. J Clin Aesthet Dermatol. 2013;6(2):44-49.