Radiofrequency
Author dr. Paulus Mario Christopher;
Last updated on May 02, 2021
Istilah ‘radiofrequency’ atau radiofrekuensi (RF) adalah sinyal elektromagnetik dengan rentang frekuensi dari 3 KHz sampai dengan 300 MHz dalam spektrum elektromagnetik, dimana hal ini dikarakteristikan dengan kapasitas radiofrekuensi dalam menghasilkan efek termal ketika melewati jaringan biologis. Proses ini dihubungkan dengan kegunaan radiofrekuensi dalam tujuan terapi dan estetik.
Beberapa problematika estetik yang dapat diatasi dengan RF antara lain:
- Skin rejuvenation
- Bekas jerawat/bekas luka
- Akne vulgaris/jerawat
- Wrinkles/Kerut wajah
- Rhytides
- Tissue tightening
- Fat removal
- Body contouring
- Hiperhidrosis aksila
Cara Kerja
Energi RF telah digunakan dalam berbagai alat medis. Bovies, salah satu alat yang digunakan dalam ruang operasi, adalah contoh dari alat elektrokauter RF. Dalam sisi dermatologi, teknologi RF pertama kali diperkenalkan untuk skin rejuvenation nonablatif setelah diakui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk mengurangi kerut wajah pada awal tahun 2000 diikuti sebagai pengobatan off-face pada tahun 2006. Dengan berkembangnya waktu dan pengetahuan, alat berbasis energi RF pada praktiknya sering digunakan sebagai alat untuk menangani keluhan skin rejuvenation.
Penggunaan energi RF dalam aspek estetik tercapai oleh karena kemampuan RF dalam properti terapeutik dalam meningkatkan metabolisme jaringan ketika jaringan dipanaskan, tanpa mengganggu epidermis/lapisan atas kulit dan bersifat non-invasif. Resistensi terhadap gerakan ini menyebabkan RF untuk menghasilkan panas yang akan menyebabkan denaturasi kolagen yang menyebabkan efek rejuvenation dan memanaskan fibroblas yang menyebabkan stimulasi produksi kolagen dan menyebabkan kolagen dan serat elastik untuk mengecil. Hal ini akan menghasilkan kulit yang lebih tebal, kencang, dan lebih tegang. Pemanasan jaringan juga menyebabkan gangguan pada fibrous septa yang menyebabkan kontraktur jaringan tiga dimensi. Pada jaringan adiposit/lemak, pemanasan oleh RF meningkatkan aliran darah kapiler lokal yang menyebabkan peningkatan metabolisme adiposit disertai dengan efek non-termal RF yang menstimulasi adiposit yang menyebabkan degradasi yang dimediasi lipase dari trigliserida bahkan apoptosis adiposit.
Mekanisme energi RF dapat dicapai melalui proses fisika yang mendasari, dimana sebuah jaringan memiliki resistensi di dermis dan resistensi arus listrik jaringan akan menghasilkan panas.
Energi Joule=I 2 x R x T
I = Arus; R = Impedance; t = Waktu/detik
Atas dasar rumus ini, energi panas yang dihasilkan akan berhubungan secara langsung terhadap kekuatan dari arus listrik dan resistensi jaringan, dimana ini akan menyebabkan kolisi antara molekul atau ion yang bersifat charged. Hal ini menyebabkan hasil yang berbeda pada area yang berbeda dan individu yang berbeda meskipun menggunakan arus RF yang sama, oleh karena jaringan yang berbeda memiliki resistensi yang berbeda dan jaringan yang serupa memiliki resistensi yang berbeda pada individu yang berbeda. Hal ini ditambah lagi dengan kondukivitas jaringan yang berbeda pada setiap jaringan. Konduktivitas arus listrik akan meningkat pada regio dengan sirkulasi darah yang tinggi.
Ketebalan dari lapisan dermal pada pasien juga memiliki peranan yang dapat menyebabkan hasil yang berbeda pada setiap lokasi anatomis (2–5 mm). Properti kulit seperti selulit membutuhkan pemanasan yang lebih dalam pada lapisan subkutan. Jaringan dengan impedance yang tinggi seperti jaringan lemak subkutan, menghasilkan panas yang lebih tinggi dan menyebabkan efek panas lebih dalam dari alat RF.
Sebagai tambahan, frekuensi juga memiliki peranan penting dimana frekuensi bersifat berhubungan secara berkebalikan dengan kedalaman dari penetrasi (frekuensi yang lebih rendah memiliki rerata penetrasi yang lebih tinggi). Sebagai contoh, kedalaman penetrasi dari frekuensi 40 MHz bersifat superfisial dibandingkan dengan frekuensi dari 1 MHz.
Berdasarkan tipe alat terdapat dua bentuk alat RF yaitu, capacitive atau kapasitif (CAP) dan resistive atau resistif (RES). Peran elektroda adalah untuk menghasilkan dan menghemat energi ketika kontak dengan kulit dalam upaya untuk mempromosikan peningkatan suhu. Elektroda dari CAP RF memiliki lapisan polyamide yang bersifat sebagai medium dielektrik, mengisolasi badan metal dari permukaan kulit membentuk kapasitor dengan jaringan. Di sisi lain elektroda RES RF tidak dilapisi sehingga menhantarkan energi RF secara langsung kepada tubuh dan pada neutral plate.
Berdasarkan tipe elektroda terdapat empat klasifikasi yaitu, monopolar, bipolar, dan multipolar (Tabel 1).
Tipe Elektroda/Modalitas |
Penjelasan |
|
Monopolar |
|
|
Bipolar |
|
|
Proksimal |
Distal |
|
Kedua pole terhubung secara dekat 🡪 Energi yang dihasilkan ditransmisikan antara satu pole ke lainnya melalui area kontak yang kecil |
Kedua pole terpisah dan jaringan biologis berperan sebagai elemen konduksi antara mereka |
|
Energi yang dihasilkan ketika diaplikasikan pada kulit 🡪 Memprovokasi pemanasan melalui konduksi |
Berkaitan dengan posisi, coplanar (dua objek yang berada pada dataran yang sama) dan contraplanar (berlawanan sisi) |
|
Kapasitas untuk memperdalam hasil dapat terbatas oleh karena aktivasi dari ambang batas kerusakan jaringan kulit pada 45oC |
|
|
Multipolar |
|
Pemantauan atau monitoring dari dosis prosedur RF perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kebakaran pada kulit dan alterasi/perubahan protein. Hal ini dapat dicapai melalui
- Feedback pasien
Feedback pasien adalah pengukuran yang paling tepat untuk menentukan apabila persepsi panas bersifat tidak nyaman dan dapat memberitahu tenaga medis. Informasi ini bersifat penting dalam upaya untuk meregulasi emisi yang diproduksi oleh sistem.
- Pengukuran suhu pada permukaan
Terdapat beberapa sistem dengan aplikator yang memiliki termometer dengan pengukuran infrared. Hal ini digunakan untuk mendapatkan pengukuran konstan/terus menerus dari permukaan kulit. Sistem ini berguna untuk menghindari kerusakan pada permukaan; namun tidak menyediakan informasi mengenai temperatur dari jaringan yang lebih dalam.
- Penghitungan dosimetri
Hal ini didasari dari penghitungan temperatur dari jaringan target, berdasarkan temperatur awal, temperatur yang perlu dicapai, intensitas pancaran, volume jaringan yang perlu diobati dan dispersi energi. Hal ini sangat sesuai untuk jaringan non superfisial. Namun, penghitungan dosimetri setiap perawatan dapat menjadi proses yang kompleks, sehingga sudah terintegrasi pada sistem yang sebelumnya usdah diprogram.
Bagaimana Proses saat Perawatan dengan RF
Penggunaan RF harus memperhatikan epidermis agar selalu terproteksi sewaktu pemanasan dermal. Pemanasan epidermal pada 39oC – 42oC akan cukup menjaga jaringan. Bagaimana hal ini akan terjadi bergantung pada alat RF yang digunakan dimana pada beberapa alat, RF diaplikasikan pada sebuah lapang dengan single touch, sedangkan pada beberapa alat, RF lain header RF disirkulasikan pada sebuah area. Proteksi terhadap epidemis sewaktu aplikasi RF juga dapat dicapai melalui aplikasi gel dan penggunaan sistem pendingin.
Tidak terdapat persiapan secara spesifik sebelum aplikasi RF, namun dibutuhkan pembersihan kulit. Hal ini didasari oleh karena kotoran, debu, minyak, dan bahan makeup dapat mempengaruhi pasase dari aliran arus listrik. Oleh karena RF bukan perawatan yang berbasis cahaya, proteksi mata tidak dibutuhkan terkecuali RF dilakukan secara langsung pada lipat mata. Pada saat pengerjaan di area bibir, direkomendasikan wet gauze/kassa basah antara gigi dan bibir.
Proses aplikasi dilakukan umumnya dengan gerakan dari atas ke bawah (“free-hand”) sweeping (“paint-brush”) dengan goresan horizontal dan vertikal secara bergantian sampai waktu yang ditetapkan habis. Pada saat pengerjaan, dapat dilakukan perubahan pada kekuatan dari arus listrik RF sesuai berdasarkan kulit yang lebih tebal membutuhkan arus listrik yang lebih, sedangkan kulit yang lebih tipis membutuhkan arus listrik yang kurang. Terdapat dua metode yaitu, 1) high energy with fewer pass atau 2) low energy with multiple passes, sebagaimana high energy with fewer pass, akan memampukan waktu perawatan yang lebih singkat dan dosis terapeutik yang lebih homogen, namun berisiko. Alternatif yang dapat dipilih adalah multipass dengan energi yang lebih ringan harus dipikirkan oleh karena denaturasi kolagen dengan pengaturan demikian dapat tercapai secara efektif dan aman.
Perawatan Paska Perawatan
Pasien jarang mengalami ketidakpuasan terkecuali pasien yang mengalami komplikasi setelah aplikasi perawatan RF. Skin tightening, edema/bengkak, rasa panas (dapat dirasakan selama satu sampai dua jam), nyeri dan eritema/kemerahan sewaktu perawatan dapat terjadi dan harus difollow up secara teliti untuk menurunkan risiko komplikasi dan hal ini dapat dicapai berdasarkan feedback pasien.
Setelah proses perawatan RF, penggunaan cooling gel/gel pendingin, ice pads, angin dingin dapat membantu. Penggunaan krim kortikosteroid (hanya satu kali setelah RF untuk eritema) dapat disuplementasikan dengan tabir surya. Perawatan kulit dengan pelembap kulit sangat direkomendasikan setelah perawatan RF.
Sesi Perawatan RF
Aplikasi RF dapat dilakukan dalam satu sesi atau banyak sesi. Jumlah dan durasi sesi dapat bergantung pada alat dan protokol yang diimplementasikan oleh dokter. Protokol multipel dapat bervariasi dari empat sampai delapan sesi dengan interval yang bervariasi dari satu minggu sampai satu bulan. Sampai saat ini, belum ada protokol tetap oleh karena 1) variasi dari karakteristik alat, 2) perbedaan ras (yang secara langsung mempengaruhi resistensi kulit), dan 3) tingkatan edukasi dari tenaga medis.
Monopolar
- Remodeling kolagen terlihat dengan identifikasi peningkatan mRNA kolagen I seperti pada penyembuhan luka
- Empat bulan setelah perawatan terlihat peningkatan serat kolagen
- Efek perawatan dilaporkan bertahan sampai dengan satu tahun
- Secara keseluruhan, kegunaan RF dalam perbaikan moderat diukur dalam jumlah dan kedalaman dari kerut dibandingkan dengan prosedur invasive dapat terlihat
- Efek lifting dari alis sebesar 1–4 mm dapat terlihat
- Perbandingan foto menunjukkan penurunan kerut sampai dengan 83%.
Beberapa penelitian telah menunjukkan efikasi RF monopolar dalam berbagai kondisi kulit (Tabel 1).
Peneliti |
Hasil |
Fitzpatrick et al. |
Perbaikan subjektif dan objektif pada kerut periorbital dan kenaikan alis |
Bassichis et al. |
Perbaikan objektif pada kenaikan alis, asimetri alis terlihat pada banyak pasien, dan mayoritas pasien tidak merasakan adanya keuntungan kosmetik |
Nahm et al. |
Kenaikan alis objektif diobservasi pada seluruh pasien pada tiga bulan |
El-Domyati et al. |
Perbaikan subjektif pada kekencangan kulit dan kerut regio periorbital dan dahi lebih terlihat setelah tiga bulan perawatan; peningkatan objektif pada sintesis kolagen |
Jacobsen et al. |
Perbaikan subjektif pada kekencangan kulit bagian bawah wajah |
Alster dan Tanzi |
Perbaikan subjektif pada laxity pipi secara moderat dan nasolabial folds |
Weiss et al. |
Rata-rata yang tinggi terhadap efek samping yang tidak diduga dengan perawatan single-pass high-energy dibandingkan menggunakan Teknik lower-energy multiple-pass |
Ruiz-Esparza et al. |
Pengurangan objektif pada lesi akne aktif dan perbaikan subjektif pada jaringan parut |
Javate et al. |
Perbaikan klinis objektif pada kerut dengan korelasi mikroskop elektron |
Bipolar
- Perbaikan elastosis dari derajat II (sedang) menjadi derajat I (ringan) dapat terlihat dalam enam bulan setelah perawatan
- Dalam sebuah penelitian, setelah 8 kali perawatan dengan interval satu sampai dua minggu dengan 2–8 Watt di bawah pengaruh tekanan negatif maksimum dengan durasi pulsasi selama dua detik dapat terlihat perbaikan elastosis berdasarkan klasifikasi Fitzpatrick-Goldman dalam 46 pasien.
- Penelitian oleh El-Domyati dan kolega mengevaluasi penggunaan RF bipolar (sistem Aurora) untuk skin rejuvenation di regio periorbital selama enam sesi dengan interval dua minggu menunjukkan adanya perbaikan dalam tekstur kulit, kerutan, dan kepuasan secara keseluruhan dalam tiga bulan dari 75% ke 80%, 70% ke 75%, dan 95% ke 100%. Secara histologis menunjukkan adanya peningkatan ketebalan epidermis, penurunan sebesar 53% dalam konten elastin, dan 28% peningkatan dalam serat kolagen yang baru disintesis.
- Penelitian serupa oleh Sadick dan kolega menggunakan RF bipolar (sistem Aurora) untuk skin rejuvenation di seluruh wajah setiap tiga minggu menunjukkan adanya 75.3% perbaikan kulit, 41.2% perbaikan kerutan wajah secara menyeluruh, 62.9% perbaikan laxity kulit, dan 74.1% tekstur kulit. Selain itu, penilaian terhadap ukuran pori-pori, pigmentasi, dan kekhawatiran vaskular membaik di antara 65%-79.3%. Kepuasan pasien mencapai 92% pada 15 minggu setelah perawatan.
- Perbaikan pada lesi akne vulgaris juga dapat tercapai dengan menggunakan RF bipolar dimana ditemukan adanya pengurangan jumlah lesi, penurnan ukuran kelenjar sebasea, dan pengurangan infiltrate limfosit perifolikuler.
- Penelitian lain menunjukkan adanya perbaikan lebih dari 50% dan perbaikan 25-50%.
- Perbaikan pada selulit juga ditemukan pada pasien yang menjalani delapan sampai 16 kali perawatan sebanyak dua kali per minggu, dimana ditemukan penurunan keliling/circumference paha setelah 8 minggu perawatan dan 70% pasien ditemukan merasakan adanya penurunan setelah empat minggu perawatan. Seluruh (35) pasien merasakan adanya perbaikan pada tekstur kulit dan selulit.
Komplikasi dan Kontraindikasi
Komplikasi minor dapat terjadi pada periode awal termasuk
- Abrasi
- Edema
- Eritema
- Blistering/lepuh
- Blanching
- Bruising/memar
- Crusting
- Oozing
- Purpura
Komplikasi mayor yang dapat terjadi
- Scabbing
- Ulcers/luka
- Atrofi
- Hiperpigmentasi
- Scarring/jaringan parut
- Perubahan tekstur
- Area putih
- Nyeri tekan
Kontraindikasi dari RF adalah
- Kehamilan
- Implan elektronik (pacemaker/pacu jantung, konsumsi obat-obatan jantung)
- Insufisiensi jantung
- Keganasan aktif atau baru
- Alat yang mengandung metal seperti prostese panggul, fiksasi fraktur
- Riwayat herpes simpleks berulang – Membutuhkan terapi antiviral preventif
- Supresi imun
- Infeksi aktif lokal atau sistemik
- Kelainan dermatologis atau vaskuler (pembuluh darah)
- Peningkatan fotosensitivitas
- Penyakit kolagen-vaskular
- Penyakit yang dapat dipicu oleh panas
- Jaringan parut hipertrofik
- Kelainan koagulasi
- Kelainan penyembuhan luka
Kontraindikasi relatif dari RF adalah
- Diabetes
- Penggunaan retinoid oral dalam 6 bulan terakhir
- Penggunaan retinoid topikal dalam 2 minggu terakhir
- Penggunaan steroid oral dalam 12 bulan terakhir
- Penggunaan steroid topikal dalam 2 bulan terakhir
- Perawatan/terapi berbasis RF dalam 1 tahun terakhir
- Penyakit dalam kondisi atrofi seperti dermatitis radiasi kronik
- Ekspektasi pasien yang tidak memungkinkan
- Penggunaan kortikosteroid atau obat antiinflamasi non-steroid (OAINS)
- Pasien obese
- Pasien dengan berat yang berubah
- Laxity kulit yang berlebihan
- Kualitas kulit yang buruk (photodamage yang berat, elastosis yang berat)
- Kesehatan secara umum atau mental yang kurang baik
- Terapi dengan dermabrasi
- Chemical peeling atau laser skin resurfacing dalam 1 tahun terakhir
- Terapi dengan mikrodermabrasi dalam 3 bulan terakhir
- Augmentasi lemak dalam 18 bulan terakhir
- Dilakukan di atas permukaan dengan tato atau filler sintetik (silikon).
Alternatif Lain
Tabel 2. Alternatif lain dari RF
Metode |
Pro |
Kontra |
Laser gelombang kontinyu karbon dioksida (CO2) |
|
Tahapan awal:
|
Ablative fractional laser (AFL) |
|
|
Laser dan aplikasi obat-obatan topikal |
|
|
Platelet-rich plasma (PRP) |
|
|
Plasma resurfacing |
|
|
Microneedling (Skin needling/percutaneous collagen induction therapy) |
|
|
Microdermabrasion |
|
|
REFERENSI
- Görgü M, Gökkaya A, Kizilkan J, Karanfil E, Dogan A. Radiofrequency: Review of Literature. Turk J Plast Surg 2019; 27: 62-72.
- Shin JM, Kim JE. Radiofrequency in Clinical Dermatology. Med Lasers 2013;2(2):49–57.
- AJ I-V. Radiofrequency in aesthetics skin treatment: Classification and modalities. J Dermatology Res Ski Care 2017; 1(1): 8–10.
- Bonjorno AR, Gomes TB, Pereira MC, de Carvalho CM, Gabardo MCL, Kaizer MR, et al. Radiofrequency therapy in esthetic dermatology: A review of clinical evidences. J Cosmet Dermatol 2020; 19(2): 278–81.
- Paasch U, Bodendorf MO, Grunewald S, Simon JC. Skin rejuvenation by radiofrequency therapy: Methods, effects and risks. JDDG 2009; 7: 196–203.
- Lolis MS, Goldberg DJ. Radiofrequency in cosmetic dermatology: A review. Dermatol Surg 2012; 38: 1765-76.
- Puri N. Platelet rich plasma in dermatology and aesthetic medicine. Our Dermatol Online 2015; 6(2): 207-11.
- Alster TS, Graham PM. Microneedling: A review and practical guide. Dermatol Surg 2017; 0: 1-8.
- Savardekar P. Microdermabrasion. Indian J Dermatol Venereol Leprol 2007; 73: 277-9.